Banjir dan sejumlah bencana yang menggempur beberapa wilayah di Indonesia termasuk Jakarta, kembali menyadarkan kita untuk memposisikan kepedulian lingkungan sebagai isu penting dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk memposisikan standar pemimpin sadar lingkungan sebagai prasyarat presiden mendatang. Sadar lingkungan yang dimaksud, termasuk kepekaan melihat perubahan iklim sebagai salah satu penyebab bencana alam yang terjadi di wilayah Asia khususnya Indonesia.
Seperti dikatakan Ketua Program Studi (Prodi) Magister Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM Prof Sudibyakto, meski dampak dari perubahan iklim menjadi penyumbang terbesar berbagai bencana alam, namun yang sangat disayangkan, saat ini belum ada fakta konkret yang mengatakan Indonesia telah mengalami perubahan iklim.
"Minimnya riset tentang perubahan iklim menyebabkan Indonesia hanya mengekor negara maju," kata Sudibyakto jumpa pers dalam kegiatan Lokakarya Penyusunan Agenda Riset Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan topan Haiyan yang terjadi di Filipina belum lama ini adalah akibat dari perubahan iklim. Sejumlah bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai tropis, kenaikan muka air laut, peningkatan abrasi, dan ketidakpastian musim menimbulkan dampak serius terhadap seluruh aspek kehidupan yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Menurut Sudibyakto, kelemahan Indonesia adalah minimnya penelitian terkait perubahan iklim. Oleh karena itulah SPs bersama dengan Prodi Magister Manajemen Bencana berencana menyusun agenda riset untuk penanganan dampak perubahan iklim.
Melalui kegiatan tersebut diharapkan diperoleh masukan dalam penyusunan agenda riset untuk mengurangi risiko bencana akibat perubahan iklim.
Rencananya penyusunan agenda riset akan melibatkan peniliti dari berbagai bidang ilmu dari 18 fakultas dan sekolah pascasarjana UGM. Sementara Prof. Adi Heru Husodo, Dosen Fakultas Kedokteran UGM menyebutkan bahwa perubahan iklim mempengaruhi bidang kesehatan.
Salah satunya angka kejadian infeksi akibat virus semakin meningkat. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan suhu yang mendorong perkembangan berbagai virus.
Tahun ini, tahun pemilihan wakil rakyat diwarnai oleh pertanyaan “Apakah Presiden Terpilih Adalah Pemimpin Dambaan?”. Kehadiran pemimpin yang baru bisa memberi harapan akan adanya penyelesaian masalah – masalah bangsa dan negara Indonesia pada khususnya, dan dunia pada umumnya, tentu saja dengan cara – cara yang tegas, cepat, tuntas dan memanusiakan manusia.
Pertama-tama. beliau harus mengerti “jatining urip”, yaitu mengerti maksud Tuhan kenapa setiap manusia dilahirkan, bergantung, hidup, menjadi makhluk yang berakal budi, bersosialisasi, tumbuh dan berkembang lalu mati. Mengerti arti hidup membawa kepada kepribadian “mempersilahkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang secara positif, anti kekerasan, mengaku salah jika salah, bersifat tidak mau merugikan orang lain, adil, jujur, berkomitmen, rendah hati dan penuh syukur bahkan sampai pada tahap bekerja keras untuk perdamaian seluruh umat manusia tanpa melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia”.
Bangsa Indonesia sudah mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu-satunya penguasa, oleh karena itu presiden semestinya yang tidak haus kekuasaan, mau melayani dan bekerja keras, mau mencintai, dan memberi kemerdekaan bagi seluruh manusia tanpa terkecuali. Presiden dengan karakter itu pastilah bukan pemimpin yang menjadi benalu bagi bangsa ini, tidak sampai hati untuk melakukan korupsi dan menerima suap.
Presiden dambaan adalah pemimpin yang berintegritas seperti berhati-hati dalam berjanji dan konsisten serta tidak merugikan bangsa dan negara Indonesia baik secara langsung atau tidak langsung seperti money politic, tidak peduli terhadap lingkungan hidup (membiarkan penggundulan hutan, pencemaran,dll.). Pemimpin menghargai pendahulunya, setiap pahlawan bangsa.
Pemimpin dambaan juga tidak harus ahli di segala bidang, Indonesia tidak kekurangan tenaga ahli. Kaum cendekiawan sangatlah banyak. Indonesia hanya butuh pemimpin yang bersih, ahli dalam hal perencanaan, organisasi, kontrol dan implementasi, memiliki analisa yang tajam terhadap setiap kekuatan, kelemahan, kelemahan, peluang dan hambatan. Pemimpin yang mempunyai kemampuan manajerial, berani mengemban tugas-tugas sebagai presiden, peka dan berpengetahuan di segala bidang (tetapi tidak harus ahli).
Presiden dambaan mengayomi masyarakat paling tidak beruntung. Bagai seorang ayah, ia mengayomi anaknya yang masih bayi. Bayi adalah ibarat masyarakat yang masih buta dalam berbangsa dan bernegara, tidak tahu bagaimana mempertahankan hidup, bahkan tidak tahu bagaimana dia harus makan, di mana dia harus tinggal, yang hanya bisa menangis (atau mengkritik) tanpa bisa berbuat apapun. Bayi tidak layak untuk diinjak dan disingkirkan, bayi tersebut bukanlah sampah, pun seandainya para pemimpin bangsa mengganggap bayi adalah sampah, sampah sudah pasti bukanlah koruptor. Ibarat bayi, masyarakat kelas terbawah (termiskin, terlantar, terhina) harus diayomi, diberikan kehidupan untuk kemudian dididik untuk tumbuh menjadi warga negara yang dewasa, memahami kewajibannya sebagai warga negara, berintegritas dan handal dalam berperan serta bagi usaha perdamaian dunia dan bagi kemajuan daya saing Indonesia. Presiden yang tangguh bisa mengatasi masalah-masalah duniawi, seperti masalah-masalah sosial yg ditimbulkan oleh “ibarat bayi” tersebut.
Presiden dambaan mampu menuntun warga negara yang masih mencari jati diri (masih remaja) dalam cara-caranya berbangsa dan bernegara. Seperti misalnya adalah hal yang wajar jika mayoritas warga negara maunya yang enak - enak seperti mengemis, kebiasaan memakai mobil yg menyumbang kemacetan, selingkuh, korupsi, menjual barang/jasa terlarang, dan lain sejenisnya. Tetapi bagaimana menyadarkan masyarakat bisa memahami bahwa perbuatan itu menghancurkan bangsa dan negara adalah tugas utama seorang Presiden. Jika sudah ketagihan untuk merokok, seorang remaja akan tetap merokok (meskipun secara sembunyi-sembunyi) jika ayahnya atau saudaranya juga merokok, walaupun sang ayah sudah melarang anaknya itu untuk berhenti merokok. Warga negara membutuhkan figur TELADAN. Bukan hanya itu, saat inipun profesi pengemis bukan hanya ada di jalanan, budaya “minta” ditraktir, minta uncapan terimakasih, kalau tidak disuap mau golput saja di pemilu, budaya “merayu” untuk “gratisan”, dan lain sejenisnya sudah nyata-nyata ada dan berkembang pesat di masyarakat. Bangsa Indonesia menuju pada kehancuran nilai-nilai luhur. Ini masalah besar. Presiden dambaan adalah pemimpin yang sanggup menciptakan karakter bangsa yang bermartabat dengan tingkat kredibilitas yang tinggi di seluruh lapisan masyarakat.
Banyak sekali warga negara Indonesia yang sudah dewasa (sangat paham) dalam berbangsa dan bernegara, tetapi banyak dari mereka yang merugikan negara, bahkan merusak karakter generasi muda. Banyak warga yang secara diam - diam dan/atau terang - terangan melakukan pelanggaran oleh karena kurangnya pengakuan, penghargaan, rasa dibutuhkan, juga karena moral yang merosot, godaan, rasa bersaing secara negatif, tidak adanya jiwa sosial (individual, egois, hidonis), ajaran sesat seperti intoleransi, kurangnya rasa persaudaraan, pengidap prinsip “jamane jaman edan ora edan ora keduman”, dan lain-lain. Presiden dambaan adalah pemimpin yang mampu meluruskan segala penyimpangan.
Presiden dambaan adalah pemimpin yang mampu mencoret peraturan-peraturan yang bertentangan dengan norma-norma sosial, Pancasila, UUD ’45, peraturan-peraturan yang menimbulkan banyak tafsir (grey area) dimana warga negara bisa mempermainkannya, dan peraturan-peraturan yang menguntungkan golongan tertentu serta peraturan-peraturan yang mengisyaratkan bahwa hukum bisa dibeli. Pemimpin Indonesia harus mampu menetapkan dan/atau mengganti peraturan-peraturan lama dengan peraturan-peraturan yang tegas, berwibawa, tidak “grey area”, dan memastikan pelaksanaannya adalah adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemimpin yang mulia dan mau turun berjalan menelusuri setiap tempat bersarangnya manusia-manusia berjiwa asusila, hedonis, egois, rakus, malas, mau enaknya saja tanpa mementingkan kerugian orang lain. Berkaitan dengan itu beliau memberikan pencerahan, solusi dan teladan. Ibarat penghuni surga yang mendunia, yang memberi kepastian cara, pemantauan dan pengayoman bagi setiap warga negara untuk hidup damai, tenang dan penuh syukur. Beliau menuntun bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa teladan dan dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain di segala kegiatan positif di seluruh dunia.
Presiden dambaan tidak harus dari kalangan orang kaya, tetapi harus seseorang yang mampu membuat seluruh warga negara Indonesia menjadi lebih kaya secara moral, material, rekreasional, dan mempunyai daya saing yang positif secara regional, nasional maupun internasional. Ia juga harus mampu mempertahankannya seiring dengan usaha mempertahankan Pancasila , UUD’45 , Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
AyoGitaBisa.com